Minggu, 12 Oktober 2008

Antara Kehidupan Karir & Keluarga

Foto yang ada disamping ini adalah foto anak saya. Alya Amira Aziz namanya. Ketika note ini diposting usianya adalah 9 bulan 13 hari. Bagi kami, dia anak yang lucu dan pintar. Hingga terkadang tidak ingin pisah dari pelukannya bila hendak berangkat aktivitas bekerja, apalagi sang ibundanya. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan keselamatan bagi ibunda dan anandanya.

Anak, dia adalah sesuatu harta yang berharga. Berharga melebih apapun yang ada diunia ini bahkah uang dan aset-aset lainnya. Kita bisa bayangkan bila kita memiliki sebuah keluarga tanpa memiliki sang dambaan hati. Rasanya sangat tidak lengkap, bukan? Bahkan bila kita mengadopsi seorang anak, saya yakin tetap saja orangtua inginnya memiliki anak hasil darah dagingnya.

Terkait dengan masalah ini, mungkin kita semua yang beraktivitas rutin di bisnis dan kantor seringkali memiliki sedikit waktu untuk keluarga khususnya istri dan anak-anak kita. Waktu lebih banya dihabiskan di luar rumah entah di kantor, tempat meeting, bahkan di jalan karena macet. Apa yang kita lakukan tidak lain sebenarnya adalah dalam rangka mencari nafkah untuk istri dan anak-anak kita. Namun, apa yang kita lakukan di luar rumah dalam rangka aktivitas kita bisa membuat kita akhirnya melupakan keluarga. Boleh jadi kita pulang ke rumah langsung bukannya bercanda dan bergumul dengan keluarga, namun langsung istirahat. Anak tidak ditegur, begitu juga istri. Akhirnya, kualitas keluarga tersebut menjadi tidak baik.

Oke...sampai sini...manakah yang paling penting? Apakah karir atau keluarga? Bingung untuk menjawabnya karena keduanya sangat penting. Karir penting selain untuk diri kita sendiri dan kemaslahatan orang lain, namun juga penting untuk keluarga. Tanpanya, dengan apa kita bisa beri makan keluarga. Akan tetapi, bila kita terlalu fokus terhadap karir, kita semua bakal tahu apa yang akan terjadi. Keluarga bisa menjadi kurang harmonis. Ujung2nya kalo tidak bisa dipertahankan, menjadi berantakan.

Keluarga juga penting. Alasannya adalah bahwa keluarga bisa menjadi fondasi kesuksesan karir kita. Sukses tidaknya karir kita sangat bergantung kepada dukungan keluarga. Keluarga yang harmonis insya Allah akan membuat sang kepala keluarga sukses di keluarga dan juga karir.

Jadi, manakah yang paling penting? Saya pribadi mengatakan bahwa keluarga bagaimanapun nomor satu. Saya kira sebagian orang akan setuju dengan hal ini.

Kemudian, bagaimana bila seseorang sangat bekerja keras di kantor hingga pulang larut malam, akan tetapi niat dia adalah demi menghidupi keluarga? mengenai pertanyaan ini saya pribadi akan mengatakan tidak masalah SELAMA memang dia bekerja untuk itu dan hasilnya jelas untuk keluarga baik dalam waktu jangka pendek atau jangka panjang. Namun, perlu diingat bahwa berilah kesempatan kepada keluarga untuk bisa memiliki waktu dengan Anda. Bagaimanapun, tidak ada yang bisa menggantikan pentingnya keluarga. Saya teringat dengan pekataan istri saya yang kurang lebih mengatakan seperti ini "Bang, mohon diingat bahwa kantor itu tetap akan mencari penggantinya bila Abang resign atau tidak lagi di kantor itu." Sebuah perkataan yang cukup menggugah hati ini. Ya..memang benar kedudukan kita sebagai kepala keluarga di rumah dan dihadapan anak2 tidak akan tergantikan sekalipun mungkin kita nantinya meninggalkan dunia. Akan tetapi di kantor, bagaimanapun kita bekerja keras dan berjasa terhadap kantor, kantor tetap akan menggantikan kita suatu saat nanti.

Jadi, cobalah kita utamakan keluarga bagaimanapun juga. Karir penting namun keluarga lebih penting. Raihlah kesuksesan dimanapun Anda berada. Namun, jangan lupa dengan keluarga.

Wassalam

Jumat, 10 Oktober 2008

Riba & Kemasukan Syetan

Masuk dunia riset hukum khususnya hukum ekonomi, memberikan saya beberapa hikmah yaitu semakin mendalami hukum, mulai mengerti akan ekonomi, dan yang paling utama adalah semakin ingin membandingan konsep & sistem hukum ekonomi yang ada dengan Al-Quran. Sebagai muslim, saya tidak tahu secara mendalam akan Al-Quran. Namun sebagai peneliti, saya selalu ingin mendalami Al-Quran dan trying to look at condition of law and economy in Indonesia.

Hati saya menjadi penasaran ketika membaca suatu ayat yang inti terjemahannya kurang lebih sbb: "Tidak bisa berdiri dan duduk orang-orang yang memakan riba melainkan berdiri dan duduk seperti kemasukan syetan". Apa makna ayat ini ya (tanya dalam hati saya)? Melamunlah saya sehabis membaca ini...TING...sekejap terpikir apa maksud ayat ini. Saya mencoba menafsirkan dengan sebuah contoh orang yang meminjam ke lembaga keuangan dengan bunga. Bunga itu bagian dari riba dan riba itu haram hukumnya. Barangkali orang yang pinjam uang dia tidak bisa tidur, gelisah, stress dan sebagainya karena takut ditagih atau tidak punya uang untuk mengembalikan walaupun bunganya semakin tinggi. sehingga saya simpulkan waktu itu orang ini seperti kemasukan syetan. Itu kali ya maksudnya (dalam hati saya).

Lalu...saya coba perhatikan bagaimana sistem keuangan dunia ini berjalan. Bunga tetap menjadi instrumen utama dalam setiap transaksi pembiayaan keuangan. bagaiman dengan perbankan syariah? Hmmm.....sepertinya kalo melihat statistik jenis pembiayannya yang masih ke konsumtif atau murabahah...ini sih tidak ada bedanya dengan riba juga walau skenario transaksinya diubah dan dicreate sedemikian rupa.

BRRREEEEEG....Lehman Brothers jatuh..diikuti jatuhnya lembaga keuangan lain. Gara-gara Subprime Mortgage yang katanya bunganya sangat tinggi. Dari sini saya semakin yakin apa maksud ayat di atas. Mudah2an tidak salah apa yang saya yakini. kemasukan syetan disini adalah berlaku bagi semua orang yang memakan riba termasuk peminjam, yang meminjamkan, dan yang mencatatnya (sebagaimana dikategorikan dalam hadits). Mereka semua panik, takut, linglung, bingung dan sebagainya karena uang mereka akan hilang. Semua barang dan properti mereka juga akan hilang karena disita sebagai jaminan. Maksud hati hendak rakus namun terjerumus masuk ke dalam jurang. Dunia tidak bisa digenggam apalagi akhirat.

Benar apa yang dikatakan Quran...hidup itu sebaiknya sederhana...sederhana dalam perbuatan dan perkataan. Memakan dunia tidak akan ada habis-habisnya. Semua kita ini akan kembali ke alam kubur.

Hikmah Lebaran

Lebaran tentunya di mata kita semua memiliki makna masing-masing. Bagi saya, lebaran tahun ini mengandung hikmah mendalam yang saya yakin setiap orang pernah atau akan merasakan suatu saat nanti. Hikmah tersebut antara lain adalah sbb:
  1. Kumpul kembali bersama keluarga besar. Setelah lama tidak bersua, kita tentunya kumpul lagi. Walaupun hanya 1-2 jam bertemu dan kemudian pisah kembali, namun terdapat kesan mendalam bahwa...wah...ternyata anggota keluarga besar bertambah lagi dan punya "saudara" baru lagi. DI satu sisi saya cukup senang. Bagi saya, disamping silaturahmi manfaatnya tapi juga bisa menambah relasi. DI sisi lain, saya cukup sedih karena satu per satu para tetua keluarga sudah meninggal dan yang tersisa hanya beberapa saja. Dahulu saya senang jika para tetua hadir karena rasanya komplet bila kita berkumpul. Namun sekarang...satu per satu mereka telah dipanggil Allah SWT;
  2. Kita akan menggantikan generasi di atas kita. Ini terkait dengan apa yang diungkapkan di atas bahwa suatu hari kita akan menggantikan para tetua keluarga. Kita akan beranjak tua dan akan menjad panutuan oleh generasi keluarga di bawah kita. Hikmah yang dipetik adalah kedewasaan adalah keniscayaan. Generas di bawah kita sangat tergantung kepada kita sendiri;
  3. Sepinya perasaan menjadi orang tua. INi benar. Mungkin kita semua memperhatikan betapa orang yang lanjut usia atau orang tua akan merasa sepi di hari lanjutnya. Masa muda telah ditinggalkan. Kawan-kawan, saudara, relasi, sahabat entah dimana lagi sekarang. Apakah masih ada atau sudah tiada. Bilapun bertemu, sungguh rasanya kangen dan rindu tidak ingin berpisah. Air mata menjadi pembuka dan penutup pertemuan dengan kawan2, sahabat, dan saudara para orang yang lanjut usia. Itulah hikmah yang saya petik ketika mengiringi orang tua saya bertemu dengan sepupunya. Rasa haru, sedih dan senang mengiringi pertemuan orang tua saya dan sepupunya.
Kini...lebaran telah berlalu. Kita kembali ke kehidupan dunia yang penuh sesak dengan rutinitas aktivitas sehari2. Tentunya, ingatan kita kepada keluarga dan hikmah yang mungkin kita peroleh saat Lebaran tidak hilang. Satu hal yang perlu kita ingat adalah "utamakan keluarga". Keluargalah inspirasi kesuksesan dan kesehatan kita semua.

Bagaimana dengan Anda? Mudah2an pernah mengalamai perasaan dan hikmah yang saya rasakan juga. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Amiiiin.